8/04/2008

pagi memeluk dingin, siang pun harus melawan terik!

Pagi itu (seperti biasa) aku pulang pukul 05.00 pagi. Melalui rute yg sama, ­­––Karangmalang-Lembah UGM-Sagan-Mirota Kampus-Simanjuntak–– aku menerobos dinginnya Jogja (sempat kulihat suhu udara di Mirota Kampus) yang berada di suhu 24 derajat celcius. Aku berpakaian lengkap. Pakai jaket, kaos kaki, sarung tangan, slayer, dan muka tertutup helm. Jalan pd kecepatan 40, dengan segala atribut seperti itu masih saja gigi geligiku saling menekan satu sama lain menahan dinginnya pagi itu. Penjabaran ini hanya sebatas menggambarkan suasana pagi yang menyiksa walau hanya sebentar.

Ada satu hal yang mengusik pikiran dan perasaanku. Di mulai dari pintu gerbang barat FBS barat, aku kaget melihat 2 sosok ibu-ibu berpakaian lusuh. Sepertinya aku kenal? Oh, ternyata ibu-ibu yang biasa mengemis di kampus. Mereka berjalan sangat santai. Di tangannya sudah terpegang wadah penampung uang. Sepagi ini hendak mencari “lahan basah” di mana? Sudah sarapan belum? Hari ini hendak berburu rupiah sampai jam berapa? Pertanyaan2 itu bergantian muncul dalam otakku.

Ingin sebenarnya menggonceng ibu-ibu itu. Sekadar membelikan teh panas saja. Sayang, uang di kantong hanya cukup membeli bensin seliter. Aku menghibur diri dengan harapan si ibu segera dapat uang lebih dari harga seliter bensin.

Aku terkesima lagi. Sesampainya di depan jajaran penjual pigura sagan, beriringan bapak-bapak membawa tas ransel penuh berjalan, menyatu dengan dingin. Mereka tak berjaket, hanya menggunakan kaos oblong berlapis kemeja. Mungkin para pekerja bangunan. Lagi-lagi pertanyaan itu muncul. Ingin rasanya aku menyamai langkah mereka. Merasakan dinginnya pagi bersama. Berbicara tentang persiapan menghadapi kehidupan yang akan segera dihadirkan matahari beberapa puluh menit lagi. Aku ingat di bagasi motor ada rokok. Namun urung kuberikan. Rokok itu milik teman-teman layouter. Aku sedang bokek untuk mengganti sebungkus rokok. Membeli pembalut pun aku harus memutar otak.

Perjalanan semakin kuhayati. Tampak para pedagang menyiapkan dagangan. Motor kubelokkan ke Simanjuntak. Para petugas parkir Mirota Kampus sedang berkoordinasi, sebagian membersihkan halaman. Ada juga pemulung yang dengan giat mengais harta karun di tambang-tambang sampah. Aku kagum sekali dengan tekad mereka mengumpulkan uang.

Percayalah, pembelajaran ini hanya kudapat selama 10 menit saja karena pagi itu jalanan masih lengang!

Tidak ada komentar: