7/25/2008

si budi kecil

Jika kamu tertahan sekian detik di lampu merah sebelah timur Gale, coba perhatikan langkah seorang anak kecil sedang menjual Harian Jogja. Tak takut akan knalpot motor atau ancaman kaki kecilnya terlindas ban mobil, dengan badan mungilnya bocah laki-laki itu lihai menyelinap di sela-sela kendaraan. Khasnya sebagai anak kecil yang memiliki predikat pengimajinasi tinggi, ia berkeliling menawarkan koran, tapi matanya berkeliaran ke mana-mana. Mungkin sedang belajar hal-hal baru yang ada di sekitarnya. Bikin gemes. Perkiraanku bocah itu masih duduk di kelas 1 SD. Tak ada yang perlu dikecam. Si bocah kecil itu miskin atau pemerintah yang bodoh atau ortu si anak yang tak tahu malu. Yang jelas, saya sangat salut dengan mental bocah ingusan itu. Sayang, ia tak tahu betapa saya menatapnya dengan bangga. Mungkin yang dipikirkannya ia dapat uang untuk membeli permen, ciki, coklat, atau mobil-mobilan.

//Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu/Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu/Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu/ dipaksa pecahkan karang, lemah jarimu terkepal//

Tidak ada komentar: